Logo Web Wamena

on . Hits: 251

TULANG PUTIH KEADILAN: PENGADILAN AGAMA WAMENA RENUNGI KISAH INSPIRATIF UMAR BIN KHATAB 

WhatsApp Image 2025 10 13 at 16.04.46 min

WAMENA – Senin pagi, 13 Oktober 2025, ruang Mushola Al-Ikhlas Pengadilan Agama Wamena kembali dipadati oleh seluruh pimpinan dan pegawai dalam rangka mengikuti program tausiyah mingguan. Kali ini, pemateri Fakih Zaukul Hanif, S.H. (CPNS Pengadilan Agama Wamena) dan Pandu Suhartanto, S.Kom (Sekretaris Pengadilan Agama Wamena) menghadirkan kisah inspiratif tentang kepemimpinan dan keadilan melalui narasi mendalam tentang Umar bin Khatab dan gubernur Mesir Amr bin Ash.

Acara yang berlangsung usai shalat Ashar ini merupakan bagian dari program rutin mingguan yang dirancang khusus untuk memberikan edukasi, motivasi, dan evaluasi diri bagi seluruh jajaran Pengadilan Agama Wamena.

Dalam paparannya, Fakih Zaukul Hanif menceritakan episode dramatis dari masa pemerintahan Umar bin Khatab yang penuh dengan hikmah tentang keadilan, kepemimpinan yang bijaksana, dan kesederhanaan dalam bertugas.

Kisah dimulai dari seorang gubernur Mesir bernama Amr bin Ash yang menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang untuk memaksa seorang warga Yahudi tua menjual tanahnya dengan alasan membangun masjid megah di depan istananya yang mewah. Namun, warga yang terdzalimi itu tidak menyerah. Dengan tekad kuat, dia melakukan perjalanan jauh dari Mesir ke Madinah untuk mencari keadilan kepada Khalifah Umar.

"Cerita ini mengajarkan kita bahwa keadilan tidak mengenal status agama atau latar belakang seseorang," ungkap Fakih Zaukul Hanif dalam pemaparannya yang penuh makna.

Momen paling dramatis dalam cerita ini terjadi ketika Umar bin Khatab, sang khalifah yang terkenal dengan kesederhanaannya, tidak marah-marah atau memberikan hukuman keras kepada Amr. Sebaliknya, Umar menyuruh warga Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang dari tempat sampah.

Dengan penuh kebijaksanaan, Umar menggores huruf "alif" (ا) pada tulang itu—simbol dari kelurusan dan keadilan—kemudian menyilangnya dengan ujung pedang. Tulang itu kemudian dikirimkan kepada Amr bin Ash tanpa penjelasan apapun.

"Ketika Amr menerima tulang itu, tubuhnya berguncang dan wajahnya pucat. Dia langsung memahami pesan mendalam dari khalifah—bahwa kekuasaan itu sementara, dan suatu hari kita semua akan menjadi tulang yang kering," jelas Pandu Suhartanto dengan nada yang penuh penghayatan.

Pemahaman akan simbol kematian itu berhasil menggerakkan Amr untuk segera membongkar masjid yang sudah dibangun dan membangun kembali gubuk orang Yahudi itu. Lebih mengharukan lagi, warga Yahudi yang awalnya terdzalimi akhirnya memilih memeluk Islam dan menyerahkan tanahnya sebagai wakaf.

Program tausiyah yang dihadiri seluruh pimpinan dan pegawai Pengadilan Agama Wamena ini bukan sekadar pemberian informasi, melainkan ajakan untuk melakukan muhasabah diri—introspeksi mendalam tentang cara mereka menjalankan tugas dan wewenang.

"Setiap hari kami memiliki kekuasaan dan wewenang, baik itu dalam menangani perkara, berinteraksi dengan masyarakat, atau memimpin bawahannya. Pertanyaannya adalah: apakah kita menggunakan kekuasaan itu untuk keadilan seperti Umar, atau justru menyalahgunakannya seperti yang hampir dilakukan Amr?" tutur salah seorang peserta yang hadir.

Dalam konteks institusi peradilan, pesan dari kisah Umar bin Khatab ini sangat relevan. Pengadilan Agama sebagai lembaga yang menjalankan fungsi keadilan harus selalu mengingatkan diri bahwa setiap keputusan yang diambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Sharing kisah inspiratif ini adalah bagian dari komitmen Pengadilan Agama Wamena untuk terus memberikan edukasi dan motivasi kepada seluruh jajarannya. Program mingguan yang dilaksanakan setiap hari Senin usai shalat Ashar di Mushola Al-Ikhlas ini telah menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

"Kami percaya bahwa dengan selalu mengingat nilai-nilai Islam, terutama tentang keadilan dan integritas, setiap pegawai akan lebih termotivasi dan fokus dalam menjalankan tugas-tugasnya," ungkap Pandu Suhartanto ketika diwawancarai seusai acara.

Fakih Zaukul Hanif menambahkan, "Program ini juga menjadi sarana untuk membangun budaya kerja yang islami, di mana setiap orang merasa menjadi bagian dari misi besar untuk menegakkan keadilan di hadapan Allah dan manusia."

Respons dari seluruh peserta yang hadir sangat positif. Tidak hanya dari pimpinan, melainkan juga dari staf administrasi dan pelaksana teknis lainnya. Banyak peserta yang merasa terenyuh dan terinspirasi oleh kisah tentang keadilan dan kesederhanaan yang ditampilkan melalui narasi Umar bin Khatab.

"Kisah ini membuat saya berpikir ulang tentang bagaimana saya memperlakukan orang-orang yang mengurus perkara di sini. Apakah saya sudah adil? Apakah saya sudah berlaku dengan sepenuh hati? Ini adalah reminder yang sangat penting untuk saya," ungkap salah seorang staf administratif yang hadir.

Beberapa peserta juga menanyakan secara langsung tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai keadilan yang ada dalam kisah ini dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik di kantor maupun di keluarga.

Dengan adanya program tausiyah mingguan ini, Pengadilan Agama Wamena berharap dapat terus meningkatkan kualitas layanan dan integritas pegawainya. Budaya muhasabah diri yang ditanamkan diharapkan akan menjadi fondasi kuat dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.

"Kami ingin Pengadilan Agama Wamena menjadi lembaga yang tidak hanya dipercaya oleh masyarakat karena keputusannya yang tepat, melainkan juga karena integritas dan keadilannya yang nyata. Seperti Umar bin Khatab, kami ingin menunjukkan bahwa keadilan bukan hanya slogan, melainkan praktik nyata yang dijalankan setiap hari," tegas Pandu Suhartanto dengan penuh determinasi.

Kisah Umar bin Khatab dan gubernur Mesir Amr bin Ash bukanlah sekadar cerita dari masa lalu. Ini adalah pesan abadi tentang pentingnya keadilan, kesederhanaan, dan akuntabilitas dalam kepemimpinan. Pesan ini menjadi semakin relevan di era modern ketika kepercayaan terhadap institusi terus diuji.

Dengan menghadirkan kisah-kisah inspiratif seperti ini secara konsisten, Pengadilan Agama Wamena membuktikan komitmennya untuk tidak hanya menjadi lembaga peradilan yang berfungsi dengan baik, tetapi juga lembaga yang memiliki hati nurani, integritas, dan dedikasi untuk menegakkan keadilan sejati.

Semoga program tausiyah mingguan ini terus berlanjut dan memberikan inspirasi kepada seluruh pegawai Pengadilan Agama Wamena, serta menjadi teladan bagi institusi-institusi lainnya dalam menjaga nilai-nilai keadilan dan kepemimpinan yang mulia.


 Penulis: Fakih Zaukul Hanif

Informasi PA Wamena

Gugatan Sederhana 2Mediasi 5

Video PA Wamena

 

 

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Wamena

Jl. Yos Sudarso, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan

Telp/Fax: (0969) 31355 

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Informasi dan Pengaduan: 082226668424

Aplikasi Inovasi Badilag

Gugatan Mandiri

Informasi Perkara

Alamat Kami

Modified by PA Wamena @ 2024
WhatsApp-Button aco pa