Integritas Dimulai dari Hati: PA Wamena Kupas Akar Kedurhakaan Melalui Kisah Iblis
WAMENA - Pengadilan Agama (PA) Wamena menggelar program Kisah Inspiratif Mingguan dengan mengangkat tema "Iblis: Dari Ketaatan Menuju Kedurhakaan" di Mushola Al-Ikhlas, Senin (29/9/2025) ba'da Shalat Ashar. Program rutin ini dihadiri seluruh pimpinan dan pegawai PA Wamena tanpa terkecuali.
Hakim PA Wamena, YM. Firdauska Darya Satria, S.Sy., bersama Novaldo Anggriyan Pradana Putra, A.Md., Dokumentalis Hukum PA Wamena, menyampaikan kisah inspiratif yang menggali akar-akar konflik etika dan moral melalui kisah Iblis yang jatuh dari ketaatan menuju kedurhakaan.
Dalam pemaparannya, dikisahkan bagaimana Iblis yang dahulu begitu tekun beribadah di tengah para malaikat, akhirnya terperosok dalam kedurhakaan akibat kesombongan. Ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS sebagai bentuk penghormatan, Iblis menolak dengan alasan merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sementara Adam diciptakan dari tanah.
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkanmu? Iblis menjawab: Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah," demikian firman Allah dalam QS. Al-A'raf ayat 12 yang dikutip dalam kajian tersebut.
Akibat kesombongan dan kedurhakaannya, Iblis diusir dari surga dan dilaknat hingga hari kiamat. Namun ia meminta penangguhan umur untuk menyesatkan manusia dari berbagai arah.
Program ini bertujuan menanamkan nilai-nilai kebaikan, keteladanan, dan semangat juang kepada para peserta. Tiga hikmah utama disampaikan dari kisah ini: kesombongan adalah pintu kekafiran yang dapat menghapus ketaatan, ketaatan kepada Allah harus sepenuh hati tanpa membantah, serta Iblis adalah musuh nyata manusia yang harus diwaspadai.
Melalui program rutin bulanan ini, PA Wamena berupaya membangun karakter dan integritas pegawai dengan landasan spiritual yang kuat, sekaligus mengingatkan bahwa kesombongan dapat menghancurkan pahala ketaatan sekian lama.
Kajian yang berlangsung di mushola kantor ini menjadi wadah siraman rohani bagi insan peradilan untuk senantiasa menjaga kerendahan hati dan ketaatan dalam menjalankan tugas mengadili dengan penuh amanah dan keadilan.
Penulis: Fakih Zaukul Hanif